TANTANGAN GILA
“Andi,
Dian, Rio…..” panggil Leo.
“Ada
apa Leo. Kok kayaknya loe serius banget. Ada hal penting yang mau loe omongin
sama kita?” Tanya Dian.
“Yupz,
bener. Gue punya sesuatu yang special buat loe semua.” Jawab Leo.
“Sesuatu
yang special?” Apaan thu Leo?” Tanya Rio penasaran.
“Tadaaaa…”
Leo menunjukkan 4 lembar tiket.
“Tiket
apaan thu Leo?” tanyaku.
“Ini
tiket ke Jepang.” Jawab Leo.
“Buat
siapa Leo?” Tanya Rio yang makin penasaran.
“Gini
loh. Nie kan ada 4 lembar tiket, yang 1 buat gue dan sisanya buat loe bertiga.”
Jawab Leo.
“Haaahhh…yang
bener loe.” Aku, Dian dan Rio mengatakannya secara bersamaan sambil mulut
menganga.
“Iya
beneran. Gue serius loh. Bukan Cuma tiket nie aja, gue bakal ngasih sarana dan
prasarana secara gratis. Jadi loe bertiga cuma bawa badan aja deh.” Kata Leo.
“Asyiiiikkkkk,
kita bakalan keluar negeri. Gue jadi gag sabaran nie.” Kata Dian.
“Gue
juga nie.” Timpal Rio.
“Eitsss,
tunggu dulu. Kalo loe mau tiket ini loe harus terima tantangan dari gue.” Kata
Leo.
“Tantangan?
Jadi ada tantangannya juga.” Kataku.
“Ya
iyalah.” Kata Leo.
“Masa
pake tantangan segala sih Leo. Pelit amat loe sama kita bertiga.” Kata Rio
dengan raut wajah kecewa.
“Kalo
loe nggak mau tantangan dari gue juga nggak papa kok. Gue bisa cari orang lain
yang mau terima tantangan dari gue.” Kata Leo.
“Jangan
gitu dong Leo. Kita kan best friend. Kalo gitu gue mau deh terima tantangan
dari loe.” Kata Dian.
“Kalo
loe berdua gimana? Mau gag?” Tanya Leo.
Aku
dan Rio saling berhadapan lalu saling mengangguk.
“Emangnya
tantangannya apa sih Leo?” tanyaku.
“Kalo
soal tantangannya sih gue belum dapet ide, tapi kalo gue udah dapet idenya gue
pasti langsung kasih tahu sama loe semua.” Jawab Leo.
“Oh, yaudah deh. Tapi tantangannya jangan yang
susah-susah ya Leo.” Pinta Rio.
“Kalo
soal itu sih urusan gue dong.” Jawab Leo sambil pergi meninggalkan kami.
Tak
heran jika Leo mau memberikan kami tiket itu. Karena Leo merupakan anak orang
kaya. Ayahnya adalah seorang wirausaha yang terkenal. Meskipun anak orang kaya,
dia rendah hati dan tidak sombong. Dia adalah sahabatku dan juga sahabat Rio
dan Dian. Kami berempat bersahabat.
Kriiiiinggggg…..!
Bel
pertanda masuk telah berbunyi. Kami pun masuk kedalam kelas dan mulai belajar.
Aku terus memikirkan tentang tantangan yang akan diberikan Leo. Apakah
tantangannya? Kita lihat saja nanti.
Sepulang
sekolah, Leo mengajak kami ke kantin untuk membicarakan tentang tantangan itu.
Kami duduk dan Rio langsung memulai percakapan.
“Apaan
tantangannya Leo?” Tanya Rio yang tidak sabaran.
“Sabar
sedikit dong.” Jawab Leo.
“Nie
dia tantangannya. Dengerin gue dulu baik-baik baru deh loe boleh komen. Kalian
bertiga harus pergi ke sekolah dengan mengenakan rok.” Tambah Leo.
“Whaaattttt…..!”
teriak mereka setengah kaget.
“Loe
gila ya Leo. Masa tantangannya kayak gitu sih, emangnya nggak ada tantangan
yang laen apa.” Kataku setengah kesal.
“Iya
nih. Masa kita disuruh pake rok sih. Kan malu, mau ditaruh dimana muka kami.”
Balas Dian.
“Tau
nie si Leo. Masa cowok cakep plus keren kayak kami bertiga pake rok sih. Gak
cool dong.” Timpal Rio.
“Ya
udah gue gag maksa loe bertiga kok. Kan udah gue bilang kalo loe nggak mau juga
nggak papa kok.” Kata Leo.
Aku,
Rio dan Dian saling memandang dan menelan ludah dengan berat. Kami berdiskusi
lalu memutuskan untuk menerima tantangan dari Leo. Leo mengatakan bahwa tantangannya
dimulai besok hari. Demi tiket ke Jepang plus sarana dan prasarana gratis, mau
tidak mau mereka harus pergi kesekolah dengan memakai rok.
Keesokkan
harinya, seperti biasa Leo pergi kerumah temannya satu persatu untuk menjemput
mereka dan pergi kesekolah dengan mobilnya. Leo yang melihat teman-temannya
memakai rok, tertawa terbahak-bahak. Dia tidak tahan menahan tawanya ketika melihat
3 temannya yang rela melakukan itu demi tiket ke Jepang.
Mobil
yang dikendarai Leo pun sampai ke sekolah. Leo memarkirkan mobilnya ke tempat parkir
dan keluar dari mobilnya. Aku, Rio dan Dian masih tetap berada di dalam mobil
karena merasa malu. Namun demi tiket ke Jepang plus sarana dan prasarana yang
gratis kami pun keluar dari mobil. Saat keluar dari mobil terdengar sorakkan
dari teman-teman seisi sekolah melihat kami. Kami berjalan dengan tertunduk
malu dan kami tidak menghiraukan sorakkan dari teman-teman. Kami langsung
berlari masuk ke kelas. Sampai di kelas, teman-temanpun menyoraki mereka dengan
sangat kuat. Wajah kami sudah sangat merah menahan malu.
Kriiiinggggg….!
Bel
pertanda masuk sudah berbunyi. Bu Sri masuk ke kelas dan sangat terkejut
melihat aku, Dian dan Rio. Dia memanggil kami dan menyuruh kami untuk menghadap
kepala sekolah. Sesampainya di ruang kepala sekolah, kami dimarahi
habis-habisan dan kami dihukum.
Pulang
sekolah, Leo memberi selamat kepada kami karena telah menjalankan tantangan
yang telah diberikan olehnya. Kami sangat senang sekali. Leo memberikan 3 tiket
itu kepada kami. Tapi sebelum tiket itu jatuh ke tangan kami, tiba-tiba angin
yang kencang menerbangkan 3 lembar tiket yang ada di ditangan Leo. Kami
berusaha mengejar tiket itu dengan sekuat tenaga namun tiket itu malah jatuh ke
parit besar yang tidak berada jauh dari tempat itu.
Aku,
Rio dan Dian hanya terpelongo melihat kejadian itu. Semua usaha yang telah kami
lakukan jadi sia-sia saja. Kami lalu menangis sekuat-kuatnya karena tak bisa
menerima kenyataan. Leo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah 3
orang temannya itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar