WANITA BERAMBUT PANJANG YANG MISTERIUS
Nama Pemain :
Kazuya Hasukawa
Mitsuru Ikeda
Shinobu Tezuka
Hasumi Misaki
Whoaaaaa! Pagi yang
cerah! Musim panas akhirnya datang juga. Aku bangkit dari tempat tidurku dan
bergegas mandi. Aku tidak sabar pergi ke sekolah dan bertemu dengan
sahabat-sahabatku. Namaku Kazuya Hasukawa, umurku 17 tahun dan aku sekolah di
SMA Swasta Okinawa. Sekolah swasta pria yang cukup terkenal di Jepang. Selesai
mandi aku memakai pakaian sekolahku yang sudah disetrika rapi dan berkemas.
Setelah semuanya selesain, aku bercermin ingin melihat apakah masih ada yang
kurang rapi. “Tidak ada! Jawabku pelan”.
Aku mengambil tasku dan
turun kebawah untuk sarapan. Sesampai dimeja makan aku melihat disana sudah ada
ayah, kakak dan ibuku. Ayahku bekerja di perusahaan mobil, kakakku kuliah di
Ryokuto University, sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Aku menyapa
mereka dengan senyuman hangat, mereka membalasnya dengan senyuman hangat pula
kecuali kakakku. Dia langsung memukul kepalaku dan menjewer telingaku sambil
menjulurkan lidahnya. Lalu aku membalas dengan menjambak rambutnya yang terurai
panjang. Itu sudah jadi kebiasaan kami setiap pagi, kami saling menjahili.
Apalagi kakakku, tiada hari tanpa menggangguku dan membuatku jengkel. Namun,
dibalik sifatnya itu dia sangat menyayangiku. Pernah suatu ketika aku sakit,
dia rela tidak masuk kuliah demi merawatku. Padahal aku cuma demam biasa.
Itulah dia.
Jam dinding menunjukkan
pukul 06.30. aku mengambil tasku dan bergegas pergi ke sekolah. Seperti biasa,
kakakku mengantarku ke sekolah dengan mobilnya. Sesampainya di sekolah aku
langsung masuk ke gerbang dan disana aku bertemu dengan 3 sahabatku yang sudah
menungguku. Mereka adalah Mitsuru Ikeda, Shinobu Tezuka dan Hasumi Misaki.
“Apa kabar kalian semua
di musim panas ini?” sapaku.
“Baik-baik aja kok.”
Jawab Shinobu. Sementara yang lainnya hanya tersenyum.
“Kriiiiingggg…..”
Bel sekolah telah
berbunyi. Kami bergegas masuk ke kelas. Sampai dikelas, kami langsung duduk.
Aku duduk di pinggir sebelah kanan kelas, Mitsuru duduk disamping kiriku
sementara Shinobu dan Hasumi duduk di belakangku.
Terdengar suara langkah
kaki seseorang dan orang itu adalah bu guru Tachiyama. Dia adalah guru
matematika paling killer disekolah. Seperti biasa tak ada sapaan darinya, dia
langsung menjelaskan materinya. Semua terlihat serius mendengarkan
penjelasannya, kecuali aku. Entah kenapa, tiba-tiba aku tidak bersemangat untuk
belajar. Kupalingkan wajahku kearah luar jendela. Tempat dudukku bersebelahan
dengan jendela yang menghadap ke taman kota. Ya, sekolahku dengan taman kota
dibilang cukup dekat. Dari sini aku dapat melihat dengan jelas orang-orang yang
berada di taman. Jadi jika aku merasa bosan atau tidak semangat belajar, aku
akan melihat keluar jendela. Itulah alasan mengapa aku memilih tempat itu.
Pandanganku tak tentu
arah, tapi suatu ketika pandanganku tertuju kepada seseorang yang sedang duduk
dibangku taman kota itu. Tak jelas wajahnya karena dia duduk membelakangi
pandanganku. Meskipun tak terlihat wajahnya yang menarik perhatianku adalah rambut
hitam panjangnya yang terurai. “Cantik sekali.” Bisikku.
Aku sangat terpesona
dengan keindahan rambutnya sehingga aku tidak sadar kalau bu Tachiyama sudah
berdiri di sebelahku.
“Tuan Hasukawa!”
bentaknya sambil memukul mejaku.
Aku langsung tersadar
dari lamunanku dan melihat bu Tachiyama yang berdiri disebelahku sedang
melihatku dengan tatapan tajam. Aku tertunduk takut melihat dia seperti itu.
“Apa yang kamu lihat
Hasukawa?” Tanyanya.
“T..tidak ada Bu. Dari
tadi saya melihat dan mendengar penjelasan dari ibu kok.” Jawabku pelan.
“Kalau kamu memang
mendengar penjelasanku, jawablah soal yang sudah saya tuliskan di papan tulis.”
Katanya sambil memberiku spidol yang ada ditangannya.
Aku mengambil spidol
dari tangannya dan bangkit dari tempat dudukku. Lalu aku berjalan ke depan
menuju papan tulis. Aku melihat soal yang diberikan Bu Tachiyama dan
benar-benar tidak tahu jawabannya.
“Jika kamu
memperhatikan dan mendengarkan penjelasanku, kamu pasti bisa mengerjakan soal
itu.” Katanya.
Aku terdiam dan
tertunduk. Tak tahu harus melakukan apa. Bu Tachiyama berjalan kearahku. Dia
mengambil spidol dari tanganku dan terus menatapku dengan tatapan tajam.
“Keluar!” bentaknya.”
Kamu tidak boleh mengikuti kelasku hari ini.”
Aku menuruti
perintahnya. Aku berjalan keluar kelas dengan kepala tertunduk. Tak ada yang
berani menyorakiku, karena jika mereka melakukannya, mereka akan mendapat
hukuman juga.
DI LUAR KELAS
Aku menghela nafas
panjang berharap pelajaran Bu Tachiyama segera usai sehingga dia bisa masuk
kelas lagi. Namun tiba-tiba pikirannya kembali kepada wanita berambut panjang
yang berada di taman kota. Ingin sekali
dia menyapanya dan menjadikan wanita itu sebagai pacarnya. Sepanjang waktu yang
aku pikirkan hanyalah wanita itu.
“Kriiiiingggg…..”
Bel sekolah berbunyi,
pertanda pelajaran Bu Tachiyama telah usai. Bel itu sekaligus menyadarkanku
dari lamunanku. Kulihat Bu Tachiyama keluar dari kelas dan menyuruhku untuk
masuk ke kelas. Tak lupa dia menasihatiku agar tidak melamun sewaktu pelajaran
sedang berlangsung. Aku mengiyakan nasihatnya dan langsung masuk kelas.
Aku duduk dan lagi-lagi
menghela nafas panjang. Teman-temanku menghampiriku dan langsung menanyakan
kenapa aku melamun pada saat jam pelajaran.
“Kamu kenapa Kazuya?
Gag biasanya kamu melamun pada saat jam pelajaran.” tanya Hasumi.
“Iya. Kamu punya
masalah ya Kazuya? Cerita dong.” timpal Mitsuru.
“Aku gag punya masalah
apa-apa kok.” Jawabku.
“Trus apa yang buat
kamu melamun kayak tadi?” Tanya Shinobu.
“Oke aku bakalan
cerita. Yang bikin aku melamun itu.”
Aku menunjukkan jari
telunjukku kearah taman kota tepatnya arah wanita itu.
“Kamu naksir cewek
itu?” Tanya Mitsuru.
“Ya begitulah.”
Jawabku.
“Namanya siapa? Trus
anak mana?”Tanya Shinobu
“Jangankan namanya,
wajahnya aja aku nggak tahu kayak mana.” Jawabku.
“Whaaaatttttt!” Mereka
bertiga kaget sambil melotot.
“Gimana ceritanya, kamu
nggak tahu wajahnya tapi udah jatuh cinta. Aneh banget.” Kata Hasumi.
“Memang agak aneh sih.
Tapi dari rambutnya aku yakin kalo dia pasti cantik.” Kataku.
“Kazuya…Kazuya.
Meskipun rambutnya cantik belum tentu wajahnya juga cantik.” Kata Mitsuru.
“Bener tu.” Timpal
Shinobu.
“Terserah deh kalian
mau bilang apa yang penting aku lagi jatuh cinta sama cewek itu.” Kataku
senyum-senyum sambil memandang wanita itu.
Namun senyumku hilang
ketika aku melihat seorang pria menghampiri wanita itu dan mengajaknya pergi.
Hatiku rasanya hancur dan jantungku serasa mau copot. Aku…aku…aku patah hati.
Sahabatku yang melihat kejadian itu merasa sedih juga. Mitsuru memukul pundakku
dan sambil berkata “sabar ya”, sementara yang lain mencoba menghiburku.
“Sudahlah Kazuya,
jangan bersedih dulu. Kitakan belum tahu itu siapanya dia. Mungkin aja itu
abang, adik, sepupu atau teman dia dan bukan pacarnya.” Hibur Shinobu.
“Iya. Yang dikatakan
Shinobu ada benarnya.” Kata Hasumi membenarkan perkataan Shinobu.
Aku berpikir mungkin
yang dikatakan Shinobu ada benarnya juga. Aku menghela nafas panjang dan
menegarkan hatiku yang baru saja hancur. Tak lupa pula kuberi senyuman di
wajahku menandakan aku baik-baik saja dan agar membuat sahabatku tidak
mengkhawatirkanku.
“Kriiiinggggg….”
Bel pertanda pulang
telah berbunyi. Aku bangkit dari kursiku dengan tidak semangat. Mitsuru
mengajak kami ke rumahnya untuk bermain-main, tapi aku menolaknya. Dia tidak
menanyakan alasannya karena tanpa kuberi tahu dia pasti sudah tahu. Aku
memutuskan untuk pulang sendiri, tapi sahabatku tidak mengizinkan karena mereka
takut terjadi apa-apa padaku. Namun aku meyakinkan pada mereka bahwa aku akan
baik-baik saja. Meskipun begitu mereka tetap mencegahku untuk pulang sendiri.
Mitsuru mengantarku
sampai ke rumah dengan sepeda motornya. Setelah itu dia langsung pamit dan
tidak ingin menggangguku. Aku masuk kerumah langsung menuju kamarku. Aku
mengunci pintu dan tanpa berganti pakaian aku merebahkan tubuhku diatas tempat
tidur. Wanita itu selalu ada dalam pikiranku. Aku mencoba melupakannya namun
sangat sulit untuk dilakukan. Aku juga penasaran bagaimana bentuk rupanya. Aku
memutuskan jika kau bertemu dengannya lagi aku akan menyapanya.
Keesokkan harinya aku
pergi kesekolah dan berharap bisa bertemu dengan wanita itu lagi. Seperti biasa
saat aku masuk gerbang sekolah, sudah ada 3 orang sahabatku yang selalu
menungguku. Kami berjalan bersama sambil bercerita satu sama lain. Aku menceritakan
kepada sahabatku kalau aku akan menyapanya jika aku bertemu dengannya lagi.
Mereka sangat mendukungku dan akan membantuku. Aku sangat senang karena mereka
akan membantuku.
“Kriiiiingggg…”
Bel sekolah pertanda
masuk telah berbunyi. Kami masuk ke kelas dan duduk di tempat masing-masih. Aku
menoleh kearah taman kota dan berharap menemukan wanita itu, namun sayang aku
tidak menemukannya. Waktu terus berjalan, tapi wanita itu tak kunjung datang. Apakah
aku tidak akan bertemu dengannya lagi, bisik batinku.
Harapanku pupus karena
dia tak kunjung kulihat. Tapi harapan itu bangkit lagi ketika aku melihat
wanita itu berjalan menuju kursi yang ia duduki kemarin. Aku mencoba melihat
wajahnya dari samping namun sayang, wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang.
Meskipun begitu aku tidak kecewa karena aku akan menyapanya. Lagi pula dia
datang tepat 10 menit sebelum aku pulang. Aku tak sabar menanti bel berbunyi.
“Kriiiingggg…”
Belnya sudah berbunyi.
Aku bergegas menyusun buku dan memasukkannya ke dalam tas. Sahabatku yang
melihat tingkah anehku itu hanya tersenyum. Mereka maklum akan kejadian itu.
Aku dan sahabatku keluar sekolah dan berjalan menuju taman kota. Sesampai
disana kami melihatnya. Ya wanita itu. Wanita idamanku, wanita yang selalu ada
dalam pikiranku. Kami belum tahu bentuk rupanya karena kami melihatnya dari
belakang. Yang kami lihat hanyalah rambut hitam panjangnya yang terurai indah.
Aku takut menyapanya.
Namun Mitsuru, Shinobu dan Hasumi menyemangatiku dan meyakinkanku. Aku
hilangkan rasa takutku dan menumbuhkan rasa percaya diriku untuk menyapanya.
Karena jika aku tidak melakukannya maka aku akan menyesal seumur hidupku.
Aku berjalan kearahnya.
Dan tanpa kusadari aku sudah berada tepat dibelakangnya. Aku melihat sahabatku
yang tak jauh dariku. Mereka terlihat sangat senang karena aku telah berani
untuk mendekatinya. Aku menghela nafas panjang sebelum melakukan percakapan.
“Hei, kamu mempunyai
rambut hitam panjang yang sangat indah.” Kataku.
Dia hanya diam dan tak
menggubris perkataanku. Aku merasa mungkin aku kurang sopan karena memujinya
padahal aku belum mengenalnya. Kuberanikan diriku untuk berbicara lagi.
“Maaf aku mengganggumu.
Sebenarnya tujuanku datang kesini hanya ingin berkenalan denganmu. Namaku
Kazuya Hasukawa, kamu bisa memanggilku dengan nama Kazuya.” Kataku lagi.
Dia tetap tidak
menjawab. Namun dia berdiri dan hendak menoleh bermaksud untuk melihatku.
Jantungku berdetak dengan kencang dan aku tidak bisa menahan rasa penasaranku.
Aku terus berpikir tentang bentuk wajahnya. Saat yang kunantikan, dia menoleh
wajahnya dan……
Deg……
Aku merasakan kakiku
tidak sanggup lagi untuk berdiri. Aku jatuh dan tak sadarkan diri. Namun aku
masih bisa mendengar dan melihat sahabatku yang lari kearahku meski dengan
samar-samar. Mereka memanggil-manggil namaku dan menggoyang-goyangkan tubuhku.
Suara mereka dan tubuh mereka mulai menghilang dan kini aku yakin bahwa aku
benar-benar pingsan. Aku sangat menyesal telah mengejar-ngejar wanita itu
karena orang yang kukejar selama ini bukanlah seorang wanita melainkan seorang
waria.
THE END